Indonesia’s Training Media

Just another WordPress.com weblog

Archive for the ‘Supermarket’ Category

Matahari Bagikan Deviden Tunai Rp 35 Miliar

leave a comment »

Jakarta – Perusahaan retail PT Matahari Putra Prima Tbk (MTPA) akan membagikan deviden tunai sebesar Rp 35 miliar atau Rp 13 per saham. Deviden ini merupakan 30 persen dari laba bersih tahun 2003 sebesar Rp 115 miliar. Menurut sekretaris PT MTPA Danny Kojongian di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (21/5/2004), deviden tunai akan dibayarkan kepada 2.705.994.000 pemegang saham. Sedangkan sisa dari laba bersih akan dimasukkan dalam laba ditahan. RUPS juga menyetujui untuk menambah dua anggota komisaris independen John Bellis dan Mardi Sutanto sehingga total komisaris independen berjumlah empat orang. Saat ini Matahari mengoperasikan 75 departement store, 55 supermarket dan 1 hypermarket di Indonesia. Matahari sendiri pada Mei 2004 baru mencatatkan obligasi senilai Rp 450 miliar, terdiri atas obligasi biasa Rp 300 miliar dan obligasi syariah ijarah Rp 150 miliar. Kedua obligasi ini mendapatkan rating A+ dari Pefindo dan dicatatkan di BES.

Written by brammantya kurniawan

July 24, 2008 at 11:32 am

Headline

leave a comment »

Bendera Putih dari Makro Indonesia

 

 Ternyata setelah kurang lebih 2 tahun berjuang dengan berbagai macam cara untuk tetap suvive di belantara dunia bisnis retail di Indonesia, para pemegang saham PT. Makro Indonesia mengibarkan bendera putih. Alias menyerah, hal ini ditandai dengan rencana penjualan seluruh saham PT. Makro Indonesia kepada investor baru.
Tampaknya perebutan saham Makro akan seru, karena konon yang terlibat disini tidak hanya pemain lama, tetapi juga pemain baru di dunia retail Indonesia.

Keberadaan Makro di Indonesia, boleh dibilang sebagai salah satu pelopor bisnis retail skala besar di Indonesia. Pada saat Makro masuk ke Indonesia, hampir tidak ada pemain dunia lain yang masuk ke sini. Dan dari sinilah banyak “alumni” Makro yang akhirnya mengisi posisi penting di bisnis retail Indonesia dekade 2000an saat Carrefour, Giant, dan Hypermart mulai bermain.

Bisnis yang diterapkan Makro sebenarnya sedikit unik. Target pasar mereka adalah retailer menengah kecil, dan horeka [hotel, restaurant, dan katering]. Berbeda dengan target pasar retailer besar lain. Tetapi pasar juga yang menentukan bahwa bisnis seperti ini tidak bisa berjalan sesuai yang direncanakan semula.

Sebenarnya tanda-tanda menyerahnya Makro, sudah terlihat di awal tahun 2000an, saat pemain lain begitu ekspansif membuka outlet baru, baik di Jabotabek maupun kota-kota lain. Makro justru adem ayem.

Hal ini bukannya tidak disadari oleh pihak Makro sendiri. Berbagai upaya dilakukan, seperti mengembalikan bisnis Makro ke jalur semula, yakni warung dan horeka. Karena saat pemain lain masuk ke dunia retail, Makro terbawa arus bertempur berebut konsumen.

Langkah lain adalah dengan merekrut SDM handal di industri retail. Hal ini ditandai dengan hadirnya muka-muka “baru” di jajaran Makro. Meskipun sebenarnya mereka pemain lama di industri ini. Hal ini jelas membutuhkan ongkos yang tidak sedikit.

Akhirnya, daya tahan mereka ternyata terbatas. Genap 2 tahun setelah pembenahan Makro Indonesia dimulai, perusahaan itu bakal dijual pemiliknya. Alasannya mereka akan berkonsentrasi di negara lain. Salah satunya adalah Thailand. Dimana Makro Thailand masih bisa bersaing dengan pemain besar lain seperti Carrefour, Lotus Tesco, dan lain-lain. Suatu keputusan yang sangat logis.

Dan selanjutanya, yang paling ditunggu adalah siapa pembeli Makro Indonesia. Akankah Kasus Alfa terulang pada Makro? Akankah terjadi monopoli di dunia retail Indonesia? Mungkinkah KPPU bertindak mencegahnya?

Kita tunggu saja.

Written by brammantya kurniawan

July 24, 2008 at 8:22 am